1.
AKUNTANSI KEUANGAN LEMBAGA (aK)
2.
AKOMODASI PERHOTELAN (APH)
3. MULTIMEDIA
4. TATA BOGA
5. KECANTIKAN
6. BISNIS DARING
7. TEKNIK KOMPUTER JARINGAN
3. MULTIMEDIA
4. TATA BOGA
5. KECANTIKAN
6. BISNIS DARING
7. TEKNIK KOMPUTER JARINGAN
"MENGAPA MEMILIH SMK SHALAHUDDIN MALANG ?
1. SMK Shalahuddin adalah satu
dari dua SMK dibawah LP Ma’arif NU Kota Malang yang
tertua dan terbesar, berdiri tanggal 1
Januari 1969
2. Pendidikan agama dan akhlak
mulia, bukan sekedar pelengkap kurikulum, tapi justru diutamakan.
3. Kurikulum di design sedemikian
rupa cocok dengan kebutuhan dunia kerja dan sangat elevan
studi lanjut/kuliah.
4. Fasilitas memadai area WIFI ( Lab.
Komputer, internet, Lab Perhotelan, Lab typing skill, gedung lantai
3 )
5. Lokasi Strategis
ditengah-tengah kota.
6. Terakreditasi “A” dan
mendapat Sertifikat ISO 9001 : 2008
7. PSG/Praktek Kerja Industri
terkemuka dan di Hotel Berbintang.
8. Biaya ringan, Bea siswa, bebas uang gedung.
9. TOUR TO THE HOTEL / TABLE MANER
di Hotel Berbintang & TOUR THE INDUSTRI.
10. Ekstra Kulikuler lengkap yaitu : Basket, Futsal, Modelling,
Hadrah,Paskibra, Pencak Silat, Komputer dll.
11. Double Ijazah : siswa yang
lulus akan mendapatkan 2 ijazah ( Ijazah Diknas dan Ijazah LP Ma’arif )
12.
Beasiswa siswa yang berprestasi
( akademis / non akademis) berpeluang besar untuk mendapatkan beasiswa.
13. Double language : Setiap siswa
dibekali dua bahasa asing ( Inggris dan Jepang )
14. Program magang : untuk
memperkuat jalinan dengan industri /DUDI dan sekaligus membekali siswa, disediakan program magang
/ casual di Dunia
15.
Usaha /Dunia Industri
(DU/DI).
KARIR LULUSAN
Mempersiapkan kompetensi keahlian pada siswa agar menjadi
tenaga yang trampil di bidangnya
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
Para lulusan mempunyai prospek lebih siap
berkarir sebagai Tenaga Administrasi, Kasir, Produk Kreatif dan Kewirausahaan, Bankir, Personalia, baik di instansi pemerintah/swasta sebagai
wirausaha atau bahkan kuliah di perguruan tinggi
PROGRAM STUDI AKOMODASI PERHOTELAN
Sangat kompeten untuk berkarir sebagai GUIDE
( Dengan Bahasa Inggris dan Jepang),
Pegawai Hotel, Pegawai Biro Pariwisata, Wirausaha Restaurant/Cafe atau bahkan
kuliah di Perguruan Tinggi.
Dibekali dengan Bahasa Asing Pilihan, Food and Beverage, Front Office Housekeeping
Dibekali dengan Bahasa Asing Pilihan, Food and Beverage, Front Office Housekeeping
Multimedia (MM)
merupakan program keahlian di SMK Shalahuddin Malang yang mengajarkan para siswa tentang desain gambar, editing video, dan lain-lain
Tata Boga (TB)
merupakan
program keahlian di SMK Shalahuddin Malang yang mengajarkan tentang Tata Boga
yang meliputi : Pastry dan Bakery Ilmu Gizi Keamanan Pangan.
Kecantikan
merupakan program keahlian di SMK Shalahuddin Malang yang mengajarkan tentang penataan penampilan, dan kecantikan yang meliputi : perawatan rambut. penataan/styling.,
Teknik Komputer Jaringan
(TKJ)
meupakan program keahlian di SMK Shalahuddin Malang yang mengajarkan
tentang bagaimana cara instalasi PC (Personal Computer), instalasi LAN (Local
Area Network)
Beberapa Keunggulan di SMK
SMK SHALAHUDDIN akan membekali beberapa keterampilan yang tidak dipelajari di sekolah lain, antara lain :
1. Dibekali kemampuan lebih banyak praktik daripada teorinya, mengetik dengan 10 jari buta, sehingga Anda akan terbiasa mengerjakan tugas secara cepat tanpa harus melihat keyboard. Tentu saja kemampuan ini menjadi keunggulan tersendiri karena sekarang ini perusahaan butuh tenaga yang bisa diajak kerja cepat.
2. Dibekali cara administrasi yang baik dan benar, mengatur perusahaan, terbiasa dengan susunan bahasa yang baik dan benar.
3. Dibekali kemampuan untuk menjadi sekretaris yang ideal, melakukan pengarsipan, dan menangani masalah keuangan.
4. Dibekali keterampilan table manner, karena di jurusan ini Anda disiapkan menjadi tenaga ahli terutama ketika akan bekerja di perusahaan besar
SMK SHALAHUDDIN akan membekali beberapa keterampilan yang tidak dipelajari di sekolah lain, antara lain :
1. Dibekali kemampuan lebih banyak praktik daripada teorinya, mengetik dengan 10 jari buta, sehingga Anda akan terbiasa mengerjakan tugas secara cepat tanpa harus melihat keyboard. Tentu saja kemampuan ini menjadi keunggulan tersendiri karena sekarang ini perusahaan butuh tenaga yang bisa diajak kerja cepat.
2. Dibekali cara administrasi yang baik dan benar, mengatur perusahaan, terbiasa dengan susunan bahasa yang baik dan benar.
3. Dibekali kemampuan untuk menjadi sekretaris yang ideal, melakukan pengarsipan, dan menangani masalah keuangan.
4. Dibekali keterampilan table manner, karena di jurusan ini Anda disiapkan menjadi tenaga ahli terutama ketika akan bekerja di perusahaan besar
email:
smksashalahuddin@gmail.com
A. MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN
Model pembelajaran Time Token Arends merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah.
Proses pembelajaran yang demokratis adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subyek. Mereka harus mengalami sebuah perubahan ke arah yang lebih positif. Dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham menjadi paham, dan dari tidak tahu menjadi tahu. Di sepanjang proses belajar itu, aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
B. SINTAK MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS
Adapun sintak dari model pembelajaran Time Token Arends ini adalah sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal.
3. Guru memberi tugas pada siswa.
4. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa.
5. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara.
6. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa
(Pada RPP ini, tiap siswa maju ke depan untuk membacakan puisi secara bergiliran dan siswa yang lain mengomentari puisi yang dibaca siswa dengan menggunakan kupon berbicara)
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS
Kelebihan Model Time Token Arends
- Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya.
- Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali
- Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran
- Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)
- Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
- Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik
- Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
- Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
- Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
Kekurangan Model Time Token Arends
- Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
- Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
- Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.
- Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran
Model Pembelajaran Time Token sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali.
Model pembelajaran time token adalah model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa aktif berbicara. Dalam pembelajaran diskusi, time token digunakan agar siswa aktif bertanya dalam berdiskusi. Dengan membatasi waktu berbicara misalnya 30 detik, diharapkan siswa secara adil mendapatkan kesempatan untuk berbicara.
D. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Time Token
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL).
3. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
4. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.
5. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
6. Demikian seterusnya.
http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/14/model-pembelajaran-time-token-arends1998/
http://syariffauzan.blogspot.com/2011/11/model-pembelajaran-time-token-arends.html
B. SINTAK MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS
Adapun sintak dari model pembelajaran Time Token Arends ini adalah sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal.
3. Guru memberi tugas pada siswa.
4. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa.
5. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara.
6. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa
(Pada RPP ini, tiap siswa maju ke depan untuk membacakan puisi secara bergiliran dan siswa yang lain mengomentari puisi yang dibaca siswa dengan menggunakan kupon berbicara)
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS
Kelebihan Model Time Token Arends
- Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya.
- Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali
- Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran
- Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)
- Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
- Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik
- Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
- Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
- Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
Kekurangan Model Time Token Arends
- Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
- Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
- Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.
- Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran
Model Pembelajaran Time Token sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali.
Model pembelajaran time token adalah model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa aktif berbicara. Dalam pembelajaran diskusi, time token digunakan agar siswa aktif bertanya dalam berdiskusi. Dengan membatasi waktu berbicara misalnya 30 detik, diharapkan siswa secara adil mendapatkan kesempatan untuk berbicara.
D. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Time Token
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL).
3. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
4. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.
5. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
6. Demikian seterusnya.
http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/14/model-pembelajaran-time-token-arends1998/
http://syariffauzan.blogspot.com/2011/11/model-pembelajaran-time-token-arends.html
Model Pembelajaran Pair Check
A. Pengertian
Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Banyak kelebihan maupun kelemahan.
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian.
B. Sintaks model pembelajaran Pair Cheks
Sintaknya adalah sebagai berikut :
1. Siswa berkelompok berpasangan sebangku,
2. salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan,
3. pengecekan kebenaran jawaban,
4. bertukar peran,
4. penyimpulan,
5. evaluasi
6. refleksi.
Berikut ini sintak dari model pair check
1. Guru menjelaskan konsep
2. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu ti ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih dan ada yang patner.
3. Guru membagikan soal kepada si patner
4. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon.
5. Bertukar peran. Si pelatih menjadi patner dan si patner menjadi pelatih
6. Guru membagikan soal kepada si patner
7. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon.
8. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain.
9. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaaban dari berbagai soal dan tim mengecek jawabannya.
10. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah
C. Langkah-langkah Pembelajarannya, sebagai berikut :
1). Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih siswa dalam menilai.
2). Pelatih Mengecek
Apabila patner benar pelatih memberi kupon.
3). Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 – 3.
4). Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
5). Penegasan Guru
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah khasanah pembelajaran kita sehingga pembelajaran yang dirancang Bapak/Ibu Guru dapat lebih bervariatif, lebih bermakna, menantang sekaligus menyenangkan.
D. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihannya
1. Dipandu belajar melalui bantuan rekan
2. Menciptakan saling kerjasama di antara siswa
3. Increases comprehension of concepts and/or processesMeningkatkan pemahaman konsep dan / atau proses
4. menmemenimelatih berkomunikasi
Kekurangannya
1. memerlukan banyak waktu
2. memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi pelatih.
Dikutip dari :
http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/14/model-pembelajaran-pair-checks-spencer-kagen1993/
http://syariffauzan.blogspot.com/2011/11/model-pembelajaran-pair-check.html
Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Banyak kelebihan maupun kelemahan.
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian.
B. Sintaks model pembelajaran Pair Cheks
Sintaknya adalah sebagai berikut :
1. Siswa berkelompok berpasangan sebangku,
2. salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan,
3. pengecekan kebenaran jawaban,
4. bertukar peran,
4. penyimpulan,
5. evaluasi
6. refleksi.
Berikut ini sintak dari model pair check
1. Guru menjelaskan konsep
2. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu ti ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih dan ada yang patner.
3. Guru membagikan soal kepada si patner
4. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon.
5. Bertukar peran. Si pelatih menjadi patner dan si patner menjadi pelatih
6. Guru membagikan soal kepada si patner
7. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon.
8. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain.
9. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaaban dari berbagai soal dan tim mengecek jawabannya.
10. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah
C. Langkah-langkah Pembelajarannya, sebagai berikut :
1). Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih siswa dalam menilai.
2). Pelatih Mengecek
Apabila patner benar pelatih memberi kupon.
3). Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 – 3.
4). Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
5). Penegasan Guru
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah khasanah pembelajaran kita sehingga pembelajaran yang dirancang Bapak/Ibu Guru dapat lebih bervariatif, lebih bermakna, menantang sekaligus menyenangkan.
D. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihannya
1. Dipandu belajar melalui bantuan rekan
2. Menciptakan saling kerjasama di antara siswa
3. Increases comprehension of concepts and/or processesMeningkatkan pemahaman konsep dan / atau proses
4. menmemenimelatih berkomunikasi
Kekurangannya
1. memerlukan banyak waktu
2. memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi pelatih.
Dikutip dari :
http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/14/model-pembelajaran-pair-checks-spencer-kagen1993/
http://syariffauzan.blogspot.com/2011/11/model-pembelajaran-pair-check.html
SISTEMATIKA PROPOSAL PTK
1. 1. JUDUL
Judul PTK hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK bukan sosok penelitian formal.
1. 2. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkkan fakta – fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil penelitian –penelitian terdahulu, apabila ada juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.
1. 3. PERMASALAHAN
Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar – benar di angkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun, sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan.
1. 4. CARA PEMECAHAN MASALAH
Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Disamping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau berbagai program sekolah lainnya.Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.
1. 5. TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian – bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.
Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan – keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan – rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.
1. 6. KERANGKA TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pada bagian ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelakju PTK sendiri nyang relevan maupun pelaku – pelaku PTK lain disamping terhadap teori – teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Aras kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan.
1. 7. RENCANA PENELITIAN
1. Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian
Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan,tingkat kemampuan dan lain sebagainya. Aspek substantive permasalahan seperti Matematika kelas II SMPLB atau bahasa inggris kelas III SMLB, juga dikemukakan pada bagian ini.
1. Variabel yang diselidiki
Pada bagian ini ditentukan variabel – variabel penelitian yang dijadikan titik – titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3) varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
1. Rencana Tindakan
Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti :
1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan scenario pembelajaran, pengadaan alat – alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain – lin yang terkait bdengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternative – alternative solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah. Format kemitraan antara guru dengan dosen LPTK juga dikemukakan pada bagian ini.
2) Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
3) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
4) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.
1. Data dan cara pengumpilannya
Pada bagian ini ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
Di samping itu teknik pengumpilan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan)penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, Para guru juga harus aktif sebagai pengumoul data, bukan semata – mata sebagai sumber data.
Akhirnya semu teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.
1. Indikator kinerja
Pada bagaian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (njumlah jenis dan atau tingkat kegawatan)miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
1. Tim peneliti dan tugasnya
Pada bagian ini hendaknya dicantumakan nama – nama anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.
1. JADWAL PENELITIAN
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
1. RENCANA ANGGARAN
2. Komponen – komponen pembiayaan
Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap persiapan pelaksanan penelitian, dan pelaporan.
Secara lebih rinci, pembiayaan yang termasuk dalam setiap bidang adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Kegiatan persiapan antara lain meliputi pertemuan anggota tim peneliti untuk menetapkan jadwal penelitian dan pembagian kerja, menyusun instrument penelitian, menetapkan format pengumpulan data, menetapkan teknik analisis data, dan sebagainya.
1. Kegiatan operasional di lapangan
Dalam kegiatan operasional dapat tercakup antara lain pelancaran tes diagnostic dan analisis hasilnya, gladi resik implementasi tindakan, perbaikan, pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi pelaksanaan tindakan perbaikan, pertemuan refleksi, perencanaan tindakan ulang, dan sebagainya.
1. Penyusunan Laporan Hasil PTK
Pembiayaan yang termasuk dalam bagian ini adalah penyusunan konsep laporan, review konsep laporan, penyusunan konsep laporan akhir. Seminar local hasil penelitian, seminar nasional hasil penelitian, dan sebagainya. Juga termasuk dalam pembiayaan adalah penggandaan dan pengiriman laporan hasil PTK, serta pembuatan artikel hasil PTK dalm bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
1. Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad pengarang . hendaknya pustaka benar – benar relevan dan sungguh – sungguh dipergunakan dalam penelitian.
LAMPIRAN DAN LAIN – LAIN
Bagian lampiran dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti. Curriculum vitae tersebut memuat identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat pendidikan, pelatihan di bidang penelitian yang telah pernah diikuti, baik sebagai penatar/pelatih maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian termasuk di PTK.
Hal – hal lain yang dapat memperjelas karakteristik kancah PTK yang diusulkan dapat disertakan dalam usulan penelitian ini.
Judul PTK hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK bukan sosok penelitian formal.
1. 2. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkkan fakta – fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil penelitian –penelitian terdahulu, apabila ada juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.
1. 3. PERMASALAHAN
Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar – benar di angkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun, sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan.
1. 4. CARA PEMECAHAN MASALAH
Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Disamping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau berbagai program sekolah lainnya.Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.
1. 5. TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian – bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.
Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan – keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan – rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.
1. 6. KERANGKA TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pada bagian ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelakju PTK sendiri nyang relevan maupun pelaku – pelaku PTK lain disamping terhadap teori – teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Aras kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan.
1. 7. RENCANA PENELITIAN
1. Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian
Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan,tingkat kemampuan dan lain sebagainya. Aspek substantive permasalahan seperti Matematika kelas II SMPLB atau bahasa inggris kelas III SMLB, juga dikemukakan pada bagian ini.
1. Variabel yang diselidiki
Pada bagian ini ditentukan variabel – variabel penelitian yang dijadikan titik – titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3) varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
1. Rencana Tindakan
Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti :
1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan scenario pembelajaran, pengadaan alat – alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain – lin yang terkait bdengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternative – alternative solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah. Format kemitraan antara guru dengan dosen LPTK juga dikemukakan pada bagian ini.
2) Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
3) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
4) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.
1. Data dan cara pengumpilannya
Pada bagian ini ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
Di samping itu teknik pengumpilan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan)penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, Para guru juga harus aktif sebagai pengumoul data, bukan semata – mata sebagai sumber data.
Akhirnya semu teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.
1. Indikator kinerja
Pada bagaian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (njumlah jenis dan atau tingkat kegawatan)miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
1. Tim peneliti dan tugasnya
Pada bagian ini hendaknya dicantumakan nama – nama anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.
1. JADWAL PENELITIAN
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
1. RENCANA ANGGARAN
2. Komponen – komponen pembiayaan
Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap persiapan pelaksanan penelitian, dan pelaporan.
Secara lebih rinci, pembiayaan yang termasuk dalam setiap bidang adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Kegiatan persiapan antara lain meliputi pertemuan anggota tim peneliti untuk menetapkan jadwal penelitian dan pembagian kerja, menyusun instrument penelitian, menetapkan format pengumpulan data, menetapkan teknik analisis data, dan sebagainya.
1. Kegiatan operasional di lapangan
Dalam kegiatan operasional dapat tercakup antara lain pelancaran tes diagnostic dan analisis hasilnya, gladi resik implementasi tindakan, perbaikan, pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi pelaksanaan tindakan perbaikan, pertemuan refleksi, perencanaan tindakan ulang, dan sebagainya.
1. Penyusunan Laporan Hasil PTK
Pembiayaan yang termasuk dalam bagian ini adalah penyusunan konsep laporan, review konsep laporan, penyusunan konsep laporan akhir. Seminar local hasil penelitian, seminar nasional hasil penelitian, dan sebagainya. Juga termasuk dalam pembiayaan adalah penggandaan dan pengiriman laporan hasil PTK, serta pembuatan artikel hasil PTK dalm bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
1. Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad pengarang . hendaknya pustaka benar – benar relevan dan sungguh – sungguh dipergunakan dalam penelitian.
LAMPIRAN DAN LAIN – LAIN
Bagian lampiran dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti. Curriculum vitae tersebut memuat identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat pendidikan, pelatihan di bidang penelitian yang telah pernah diikuti, baik sebagai penatar/pelatih maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian termasuk di PTK.
Hal – hal lain yang dapat memperjelas karakteristik kancah PTK yang diusulkan dapat disertakan dalam usulan penelitian ini.
Pengantar Sampling: Rancangan Sampling
Pernahkah anda menyaksikan siaran perhitungan cepat pemilihan kepala daerah di televisi? Jika iya, pasti tidak asing dengan istilah hitung cepat (quick count). Yups, belakangan semakin familiar saja istilah itu dengan keseharian kita. Namun, apakah kita pernah memikirkan bagaimana para penghitung itu bisa memberikan prediksi yang hampir sama dengan hasil akhir yang nanti baru akan kita ketahui berminggu-minggu setelah proses itu dilakukan? Atau bagaimana proses polling terhadap popularitas seorang calon presiden misalnya? Bagaimana sebenarnya proses-proses itu dilakukan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sebenarnya tidaklah sesulit yang dibayangkan. Proses perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode statistik yang bahkan dipelajari oleh anak SMP sekalipun. Metode itu biasa dikenal dengan pensampelan (sampling). Maksudnya, dari sekian banyak populasi, kita hanya mengambil beberapa bagian saja yang diasumsikan bisa menjadi representasi dari keseluruhan populasi. Nah, sekarang kita akan sedikit melihat bagaimana kita melakukan proses sampling itu berdasarkan hirarkinya.
1.Rumuskan masalah yang akan kita teliti. Misalnya berapa persen popularitas Hidayat Nur Wahid di Daerah Istimewa Yogyakarta dibandingkan dengan calon-calon Presiden yang lain?
2.Tentukan dengan jelas populasi yang ingin kita lihat. Dalam hal ini berarti seluruh masyarakat yang memiliki hak pilih di Propinsi DIY.
3.Tentukan unit sampling yang kita perlukan. Misalnya apakah kita akan menggunakan unit perdaerah seperti Kabupaten/Kota, jenis pekerjaan, penghasilan dan lain sebagainya.
4.Jika memungkinkan, kita bisa mencari informasi tentang pensamplingan sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya.
5.Tentukan ukuran sample. Nah, untuk yang satu ini, jumlanya ditentukan setelah kita mengetahui jumlah populasi yang pasti. Untuk penentuan jumlah sample, nggak usah repot-repot, silahkan lihat caranya pada bagian lain blog ini (Penentuan Jumlah Sample secara Online)
6.Tentukan teknik sampling yang akan digunakan. Untuk menentukan teknik pensampelan yang representative, harus dipertimbangkan homogenitas populasi. Jika populasinya homogen, maka bisa menggunakan sampel acak biasa. Namun jika populasinya heterogen, maka harus digunakan teknik yang lain misalnya sampel berstrata, proporsional ataupun cluster. Meskipun demikian, kita juga bisa menggunakan penggabungan teknik sampel untuk mendapatkan hasil yang lebih representative. Misalnya antara menggabungkan antara teknik cluster dan proporsional.
7.Tentukan bagaimana cara kita mengumpulkan data apakah dengan kuesioner, wawancara atau daftar isian sekaligus bagaimana mengolah data tersebut.
Nah, point yang terpenting sebenarnya adalah teknik sampling yang kita pakai. Teknik sampling yang paling tepat ditentukan oleh banyak factor diantaranya adalah: masalah yang diteliti, homogenitas populasi, biaya, tenaga dan waktu yang tersedia serta kejujuran pengumpul data dilapangan.
dikutip dari http://statistikpendidikanii.blogspot.com/2008/08/pengantar-sampling-rancangan-sampling.html
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sebenarnya tidaklah sesulit yang dibayangkan. Proses perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode statistik yang bahkan dipelajari oleh anak SMP sekalipun. Metode itu biasa dikenal dengan pensampelan (sampling). Maksudnya, dari sekian banyak populasi, kita hanya mengambil beberapa bagian saja yang diasumsikan bisa menjadi representasi dari keseluruhan populasi. Nah, sekarang kita akan sedikit melihat bagaimana kita melakukan proses sampling itu berdasarkan hirarkinya.
1.Rumuskan masalah yang akan kita teliti. Misalnya berapa persen popularitas Hidayat Nur Wahid di Daerah Istimewa Yogyakarta dibandingkan dengan calon-calon Presiden yang lain?
2.Tentukan dengan jelas populasi yang ingin kita lihat. Dalam hal ini berarti seluruh masyarakat yang memiliki hak pilih di Propinsi DIY.
3.Tentukan unit sampling yang kita perlukan. Misalnya apakah kita akan menggunakan unit perdaerah seperti Kabupaten/Kota, jenis pekerjaan, penghasilan dan lain sebagainya.
4.Jika memungkinkan, kita bisa mencari informasi tentang pensamplingan sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya.
5.Tentukan ukuran sample. Nah, untuk yang satu ini, jumlanya ditentukan setelah kita mengetahui jumlah populasi yang pasti. Untuk penentuan jumlah sample, nggak usah repot-repot, silahkan lihat caranya pada bagian lain blog ini (Penentuan Jumlah Sample secara Online)
6.Tentukan teknik sampling yang akan digunakan. Untuk menentukan teknik pensampelan yang representative, harus dipertimbangkan homogenitas populasi. Jika populasinya homogen, maka bisa menggunakan sampel acak biasa. Namun jika populasinya heterogen, maka harus digunakan teknik yang lain misalnya sampel berstrata, proporsional ataupun cluster. Meskipun demikian, kita juga bisa menggunakan penggabungan teknik sampel untuk mendapatkan hasil yang lebih representative. Misalnya antara menggabungkan antara teknik cluster dan proporsional.
7.Tentukan bagaimana cara kita mengumpulkan data apakah dengan kuesioner, wawancara atau daftar isian sekaligus bagaimana mengolah data tersebut.
Nah, point yang terpenting sebenarnya adalah teknik sampling yang kita pakai. Teknik sampling yang paling tepat ditentukan oleh banyak factor diantaranya adalah: masalah yang diteliti, homogenitas populasi, biaya, tenaga dan waktu yang tersedia serta kejujuran pengumpul data dilapangan.
dikutip dari http://statistikpendidikanii.blogspot.com/2008/08/pengantar-sampling-rancangan-sampling.html
Penelitian Korelasional
Apakah Penelitian Korelasional itu?
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk memahami hubungan antar sifat/karakteristik orang atau entitas lainnya. Contoh rumusan masalah atau pertanyaan penelitian dalam penelitian korelasional antara lain; “Bagaimana hubungan antara latar belakang kultural dengan penggunaan strategi komunikasi tertentu?” “Bagaimana hubungan antara kompetensi sintaksis dan kompetensi sosiopragmatik?” “Bagaimana hubungan antara kecemasan dan kualitas tulisan dalam bahasa kedua?” Masing-masing pertanyaan penelitian di atas berkaitan dengan hubungan antara dua karakteristik atau variabel.
Variabel adalah “karakteristik tertentu yang berbeda-beda; sedikitnya memiliki dua nilai, dan bisanya lebih” (Smith & Glass, 1987, hlm. 12). Marilah kita mencoba melihat contoh berikut. Kecemasan dalam menulis dalam bahasa kedua adalah variabel karena tingkat kecemasan itu berbeda-beda di kalangan siswa. Ada siswa yang lebih cemas dibandingkan dengan siswa lain ketika mencoba untuk menulis paper atau makalah dalam bahasa kedua. Untuk mengukur tingkat kecemasan yang dialami siswa, mereka diberi semacam tes yang mengukur kecemasan menulis. Skor mereka mungkin akan bervariasi dari 1 sampai dengan 10. Skor-skor dalam variabel kecemasan menulis tersebut merupakan indikator yang dianggap mewakili konstruk atau trait kecemasan yang sebenarnya. Yang dimaksud konstruk atau trait adalah konsep atau ide abstrak mengenai beberapa kualitas dari seorang individu (Smith & Glass, 1987, hlm. 7; Borg, 1987, hlm. 120). Suatu konstruk hipotetis tidak bisa diobservasi atau diukur secara langsung. Oleh karena itu, peneliti menjabarkan konstruk itu dalam bentuk operasional yang bisa diukur, seperti tertuang dalam jawaban-jawaban siswa terhadap seperangkat pertanyaan yang mengukur kecemasan dalam menulis.
Variabel-variabel lain yang penting dalam penelitian bahasa kedua adalah kecakapan berbahasa, motivasi, latar belakang kultural dan linguistik, dan sejumlah karakteristik siswa yang lain.Variabel juga bisa berupa karakteristik guru seperti pengalaman atau kemampuan bahasanya. Variabel juga bisa berupa karakteristik kelas seperti komposisi etnis, ukuran kelas, atau juga bisa berupa karakteristik satuan atau entitas lainnya seperti Perguruan Tinggi, sekolah atau program. Banyak penelitian bahasa kedua yang melibatkan variabel-variabel linguistik seperti penggunaan tipe/ciri-ciri wacana tertentu, tindak ujaran atau struktur gramatikal. Melalui penggunaan teknik-teknik korelasional, peneliti berusaha untuk mempelajari bagaimana variabel-variabel tersebut diukur dan berkaitan satu sama lain.
Penelitian korelasional sering dibedakan dari penelitian kausalitas seperti penelitian eksperimen. Dalam penelitian eksperimen, peneliti mencoba untuk menentukan bahwa satu variabel tertentu menjadi penyebab dari variabel lainnya. Sementara, dalam penelitian korelasional peneliti tidak membuat suatu klaim kausalitas. Dalam penelitian korelasional, peneliti mengajukan bentuk rumusan masalah seperti; “Bagaimana hubungan antara kepercayaan diri dan kecakapan/kemahiran oral bahasa kedua?” tidak dalam bentuk “Apakah kepercayaan diri menyebabkan tingginya tingkat kemahiran oral bahasa kedua?” Peneliti bisa juga mengajukan pertanyaan seperti; “Bagaimana hubungan antara pengetahuan eksplisit tentang bentuk-bentuk retorik dengan pemahaman bacaan (reading comprehension) dalam bahasa kedua?” dan bukan dalam bentuk pertanyaan eksperimental seperti; “Apakah pengetahuan tentang bentuk-bentuk retorik menyebabkan pemahaman bacaan yang lebih baik?”
Bagaimana Anda melakukan penelitian korelasional? Marilah kita perhatikan suatu contoh hipotetis. Anda mungkin ingin mengetahui apakah semakin sering guru bahasa kedua memberikan feedback atau umpan balik kepada siswa, maka semakin meningkat pula kemahiran berbahasa siswa. Untuk menguji pertanyaan penelitian tersebut, Anda harus mendapatkan “hasil pengukuran” dari sejumlah feedback yang diterima masing-masing siswa dan “hasil pengukuran” tentang perkembangan kemahiran siswa dalam berbahasa kedua. Selanjutnya Anda akan menentukan tingkat hubungan antara feedback dan peningkatan kemahiran berbahasa dengan cara menghitung koefisien korelasinya. Koefisien korelasi adalah angka atau bilangan yang menggambarkan tingkat keeratan hubungan antara dua variabel atau lebih. Bilangan tersebut juga menunjukkan arah korelasi (apakah positif atau negatif) dan tingkat hubungan antara feedback dan peningkatan kemahiran berbahasa. Karena pertanyaan atau rumusan masalah yang diajukan dalam bentuk hubungan atau relationship, maka jawaban yang diberikan juga merupakan suatu hubungan atau relationship. Hubungan itulah yang disebut korelasi.
Satu contoh penelitian nyata yang dilakukan oleh Krashen (1985) tentang teori input bisa memberikan gambaran tentang teknik-teknik korelasi yang sering digunakan. Polak dan Krashen (1988) tertarik pada apakah ada korelasi antara kompetensi mengeja bahasa Inggris dengan kesukaan membaca bahasa Inggris di kalangan siswa Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Kedua (BISBK) di SMU Polak. Dengan menggunakan korelasi, kedua peneliti menguji hubungan antara dua variabel; (1) keakuratan mengeja (yang diukur dengan menggunakan teknik dictation atau imla’); dan (2) kesukaan membaca (yang diukur dengan menggunakan angket pendek). Mereka menemukan korelasi positif yang menunjukkan bahwa, dengan mengabaikan bahasa pertama mereka, tiga kelompok mahasiswa yang diteliti yang sering membaca secara bebas, melakukan kesalahan kecil dalam mengeja bahasa kedua. Setelah memperingatkan pembaca bahwa kausalitas tidak bisa dijelaskan, kedua peneliti menyimpulkan; “Hasil penelitian kami menegaskan bahwa kesukaan membaca akan membantu pengejaan yang benar, oleh karena itu, para mahasiswa perlu didorong untuk merasa senang membaca dengan cara mereka sendiri. Disamping mengeja, ada bukti yang kuat bahwa kesukaan membaca bisa meningkatkan kemahiran berbagai aspek kebahasaan yang lain yang meliputi kemampuan membaca, kosa kata, tata bahasa dan gaya penulisan” (Polak & Krashen, 1988, hlm. 145). Sebenarnya, penelitian tersebut tidak menunjukkan bahwa kesukaan membaca “menyebabkan” atau “membantu” kebenaran mengeja, tetapi hanya menggambarkan bahwa ada hubungan di antara dua variabel yang diteliti tersebut. Ini berarti bahwa ada faktor-faktor lain yang menyebabkan atau membantu keakuratan mengeja. Contoh penelitian ini menggambarkan salah satu cara penggunaan metode korelasional dalam menjelaskan hubungan antara dua variabel dari beberapa kelompok mahasiswa.
Kriteria untuk Menganalisis Penelitian Korelasional
Dalam memahami dan mengevaluasi penelitian yang menggunakan tekni-teknik korelasi, Anda harus berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. Mempertimbangkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu Anda dalam memahami penelitian yang dilakukan, membantu Anda menilai hasil-hasil penelitian, dan juga dapat membantu Anda memperoleh pemahaman terhadap aspek-aspek penelitian yang variatif.
1. Persoalan apakah yang menjadi objek penelitian?
2. Dalam kontek apakah penelitian itu dilakukan?
3. Orientasi-orientasi teoritik apakah yang digunakan oleh para peneliti?
4. Siapa sajakah subjek atau partsipan dalam penelitian? Berapa dan bagaimana mereka diteliti? Karakteristik apa yang relevan bagi mereka?
5. Variabel-variabel apakah yang diteliti? Bagaimana variabel-variabel itu didefinisikan dan diukur? Bagaimana kelayakan (validitas dan reliabilitas) alat ukurnya?
6. Analis korelasi apakah yang dilakukan dan bagaimana hasilnya?
7. Kesimpulan-kesimpulan apa yang dapat diambil? Apakah generalisai yang dilakukan sudah tepat?
8. Apa kontribusi yang diberikan penelitian bagi pengetahuan kita terhadap faktor sosial dan faktor kontekstual dalam pembelajaran bahasa kedua?
9. Apa implikasi-implikasi hasil penelitian bagi pembelajaran bahasa kedua dalam berbagai konteks formal?
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk memahami hubungan antar sifat/karakteristik orang atau entitas lainnya. Contoh rumusan masalah atau pertanyaan penelitian dalam penelitian korelasional antara lain; “Bagaimana hubungan antara latar belakang kultural dengan penggunaan strategi komunikasi tertentu?” “Bagaimana hubungan antara kompetensi sintaksis dan kompetensi sosiopragmatik?” “Bagaimana hubungan antara kecemasan dan kualitas tulisan dalam bahasa kedua?” Masing-masing pertanyaan penelitian di atas berkaitan dengan hubungan antara dua karakteristik atau variabel.
Variabel adalah “karakteristik tertentu yang berbeda-beda; sedikitnya memiliki dua nilai, dan bisanya lebih” (Smith & Glass, 1987, hlm. 12). Marilah kita mencoba melihat contoh berikut. Kecemasan dalam menulis dalam bahasa kedua adalah variabel karena tingkat kecemasan itu berbeda-beda di kalangan siswa. Ada siswa yang lebih cemas dibandingkan dengan siswa lain ketika mencoba untuk menulis paper atau makalah dalam bahasa kedua. Untuk mengukur tingkat kecemasan yang dialami siswa, mereka diberi semacam tes yang mengukur kecemasan menulis. Skor mereka mungkin akan bervariasi dari 1 sampai dengan 10. Skor-skor dalam variabel kecemasan menulis tersebut merupakan indikator yang dianggap mewakili konstruk atau trait kecemasan yang sebenarnya. Yang dimaksud konstruk atau trait adalah konsep atau ide abstrak mengenai beberapa kualitas dari seorang individu (Smith & Glass, 1987, hlm. 7; Borg, 1987, hlm. 120). Suatu konstruk hipotetis tidak bisa diobservasi atau diukur secara langsung. Oleh karena itu, peneliti menjabarkan konstruk itu dalam bentuk operasional yang bisa diukur, seperti tertuang dalam jawaban-jawaban siswa terhadap seperangkat pertanyaan yang mengukur kecemasan dalam menulis.
Variabel-variabel lain yang penting dalam penelitian bahasa kedua adalah kecakapan berbahasa, motivasi, latar belakang kultural dan linguistik, dan sejumlah karakteristik siswa yang lain.Variabel juga bisa berupa karakteristik guru seperti pengalaman atau kemampuan bahasanya. Variabel juga bisa berupa karakteristik kelas seperti komposisi etnis, ukuran kelas, atau juga bisa berupa karakteristik satuan atau entitas lainnya seperti Perguruan Tinggi, sekolah atau program. Banyak penelitian bahasa kedua yang melibatkan variabel-variabel linguistik seperti penggunaan tipe/ciri-ciri wacana tertentu, tindak ujaran atau struktur gramatikal. Melalui penggunaan teknik-teknik korelasional, peneliti berusaha untuk mempelajari bagaimana variabel-variabel tersebut diukur dan berkaitan satu sama lain.
Penelitian korelasional sering dibedakan dari penelitian kausalitas seperti penelitian eksperimen. Dalam penelitian eksperimen, peneliti mencoba untuk menentukan bahwa satu variabel tertentu menjadi penyebab dari variabel lainnya. Sementara, dalam penelitian korelasional peneliti tidak membuat suatu klaim kausalitas. Dalam penelitian korelasional, peneliti mengajukan bentuk rumusan masalah seperti; “Bagaimana hubungan antara kepercayaan diri dan kecakapan/kemahiran oral bahasa kedua?” tidak dalam bentuk “Apakah kepercayaan diri menyebabkan tingginya tingkat kemahiran oral bahasa kedua?” Peneliti bisa juga mengajukan pertanyaan seperti; “Bagaimana hubungan antara pengetahuan eksplisit tentang bentuk-bentuk retorik dengan pemahaman bacaan (reading comprehension) dalam bahasa kedua?” dan bukan dalam bentuk pertanyaan eksperimental seperti; “Apakah pengetahuan tentang bentuk-bentuk retorik menyebabkan pemahaman bacaan yang lebih baik?”
Bagaimana Anda melakukan penelitian korelasional? Marilah kita perhatikan suatu contoh hipotetis. Anda mungkin ingin mengetahui apakah semakin sering guru bahasa kedua memberikan feedback atau umpan balik kepada siswa, maka semakin meningkat pula kemahiran berbahasa siswa. Untuk menguji pertanyaan penelitian tersebut, Anda harus mendapatkan “hasil pengukuran” dari sejumlah feedback yang diterima masing-masing siswa dan “hasil pengukuran” tentang perkembangan kemahiran siswa dalam berbahasa kedua. Selanjutnya Anda akan menentukan tingkat hubungan antara feedback dan peningkatan kemahiran berbahasa dengan cara menghitung koefisien korelasinya. Koefisien korelasi adalah angka atau bilangan yang menggambarkan tingkat keeratan hubungan antara dua variabel atau lebih. Bilangan tersebut juga menunjukkan arah korelasi (apakah positif atau negatif) dan tingkat hubungan antara feedback dan peningkatan kemahiran berbahasa. Karena pertanyaan atau rumusan masalah yang diajukan dalam bentuk hubungan atau relationship, maka jawaban yang diberikan juga merupakan suatu hubungan atau relationship. Hubungan itulah yang disebut korelasi.
Satu contoh penelitian nyata yang dilakukan oleh Krashen (1985) tentang teori input bisa memberikan gambaran tentang teknik-teknik korelasi yang sering digunakan. Polak dan Krashen (1988) tertarik pada apakah ada korelasi antara kompetensi mengeja bahasa Inggris dengan kesukaan membaca bahasa Inggris di kalangan siswa Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Kedua (BISBK) di SMU Polak. Dengan menggunakan korelasi, kedua peneliti menguji hubungan antara dua variabel; (1) keakuratan mengeja (yang diukur dengan menggunakan teknik dictation atau imla’); dan (2) kesukaan membaca (yang diukur dengan menggunakan angket pendek). Mereka menemukan korelasi positif yang menunjukkan bahwa, dengan mengabaikan bahasa pertama mereka, tiga kelompok mahasiswa yang diteliti yang sering membaca secara bebas, melakukan kesalahan kecil dalam mengeja bahasa kedua. Setelah memperingatkan pembaca bahwa kausalitas tidak bisa dijelaskan, kedua peneliti menyimpulkan; “Hasil penelitian kami menegaskan bahwa kesukaan membaca akan membantu pengejaan yang benar, oleh karena itu, para mahasiswa perlu didorong untuk merasa senang membaca dengan cara mereka sendiri. Disamping mengeja, ada bukti yang kuat bahwa kesukaan membaca bisa meningkatkan kemahiran berbagai aspek kebahasaan yang lain yang meliputi kemampuan membaca, kosa kata, tata bahasa dan gaya penulisan” (Polak & Krashen, 1988, hlm. 145). Sebenarnya, penelitian tersebut tidak menunjukkan bahwa kesukaan membaca “menyebabkan” atau “membantu” kebenaran mengeja, tetapi hanya menggambarkan bahwa ada hubungan di antara dua variabel yang diteliti tersebut. Ini berarti bahwa ada faktor-faktor lain yang menyebabkan atau membantu keakuratan mengeja. Contoh penelitian ini menggambarkan salah satu cara penggunaan metode korelasional dalam menjelaskan hubungan antara dua variabel dari beberapa kelompok mahasiswa.
Kriteria untuk Menganalisis Penelitian Korelasional
Dalam memahami dan mengevaluasi penelitian yang menggunakan tekni-teknik korelasi, Anda harus berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. Mempertimbangkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu Anda dalam memahami penelitian yang dilakukan, membantu Anda menilai hasil-hasil penelitian, dan juga dapat membantu Anda memperoleh pemahaman terhadap aspek-aspek penelitian yang variatif.
1. Persoalan apakah yang menjadi objek penelitian?
2. Dalam kontek apakah penelitian itu dilakukan?
3. Orientasi-orientasi teoritik apakah yang digunakan oleh para peneliti?
4. Siapa sajakah subjek atau partsipan dalam penelitian? Berapa dan bagaimana mereka diteliti? Karakteristik apa yang relevan bagi mereka?
5. Variabel-variabel apakah yang diteliti? Bagaimana variabel-variabel itu didefinisikan dan diukur? Bagaimana kelayakan (validitas dan reliabilitas) alat ukurnya?
6. Analis korelasi apakah yang dilakukan dan bagaimana hasilnya?
7. Kesimpulan-kesimpulan apa yang dapat diambil? Apakah generalisai yang dilakukan sudah tepat?
8. Apa kontribusi yang diberikan penelitian bagi pengetahuan kita terhadap faktor sosial dan faktor kontekstual dalam pembelajaran bahasa kedua?
9. Apa implikasi-implikasi hasil penelitian bagi pembelajaran bahasa kedua dalam berbagai konteks formal?
JENIS - JENIS PENELITIAN
Penelitian dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis penelitian, misalnya:
Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif)adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif.
Penelitian historis menerapkan metode pemecahan yang ilmiah dengan pendekatan historis. Proses penelitiannya meliputi pengumpulan dan penafsiran fenomena yang terjadi di masa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna untuk memahami, meramalkan atau mengendalikan fenomena atau kelompok fenomena. Penelitian jenis ini kadang-kadang disebut juga penelitian dokumenter karena acuan yang dipakai dalam penelitian ini pada umumnya berupa dokumen. Penelitian historis dapat bersifat komparatif, yakni menunjukkan hubungan dari beberapa fenomena yang sejenis dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan; bibliografis, yakni memberikan gambaran menyeluruh tentang pendapat atau pemikiran para ahli pada suatu bidang tertentu dengan menghimpun dokumen-dokumen tentang hal tersebut : atau biografis, yakni memberikan pengertian yang luas tentang suatu subyek, sifat dan watak pribadi subyek, pengaruh yang diterima oleh subyek itu dalam masa pembentukan pribadinya serta nilai subyek itu terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan.
Penelitian deskriptif adalah penelitian tentang fenomena yang terjadi pada masa sekarang. Prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut. Penelitian deskriptif dapat bersifat komparatif dengan membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu; analitis kualitatif untuk menjelaskan fenomena dengan aturan berpikir ilmiah yang diterapkan secara sistematis tanpa menggunakan model kuantitatif; atau normatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian standar norma, hubungan dan kedudukan suatu unsur dengan unsur lain.
Penelitian teoritis adalah penelitian yang hanya menggunakan penalaran semata untuk memperoleh kesimpulan penelitian. Proses penelitian dapat dimulai dengan menyusun asumsi dan logika berpikir. Dari asumsi dan logika tersebut disusun praduga (konjektur). Praduga dibuktikan atau dijelaskan menjadi tesis dengan jalan menerapkan secara sistematis asumsi dan logika. Salah satu bentuk penerapan asumsi dan logika untuk membentuk konsep guna memecahkan soal adalah membentuk model kuantitatif. Dalam beberapa penelitian teoritis tidak diadakan pengumpulan data.
Penelitian ekperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan menciptakan fenomena pada kondisi terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat dan pengaruh faktor-faktor pada kondisi tertentu. Dalam bentuk yang paling sederhana, pendekatan eksperimental ini berusaha untuk menjelaskan, mengendalikan dan meramalkan fenomena seteliti mungkin. Dalam penelitian eksperimental banyak digunakan model kuantitatif.
Penelitian rekayasa (termasuk penelitian perangkat lunak) adalah penelitian yang menerapkan ilmu pengetahuan menjadi suatu rancangan guna mendapatkan kinerja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Rancangan tersebut merupakan sintesis unsur-unsur rancangan yang dipadukan dengan metode ilmiah menjadi suatu model yang memenuhi spesifikasi tertentu. Penelitian diarahkan untuk membuktikan bahwa rancangan tersebut memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Penelitian berawal dari menentukan spesifikasi rancangan yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan, memilih alternatif yang terbaik, dan membuktikan bahwa rancangan yang dipilih dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan secara efisiensi, efektif dan dengan biaya yang murah. Penelitian perangkat lunak komputer dapat digolongkan dalam penelitian rekayasa.
Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif)adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif.
Penelitian historis menerapkan metode pemecahan yang ilmiah dengan pendekatan historis. Proses penelitiannya meliputi pengumpulan dan penafsiran fenomena yang terjadi di masa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna untuk memahami, meramalkan atau mengendalikan fenomena atau kelompok fenomena. Penelitian jenis ini kadang-kadang disebut juga penelitian dokumenter karena acuan yang dipakai dalam penelitian ini pada umumnya berupa dokumen. Penelitian historis dapat bersifat komparatif, yakni menunjukkan hubungan dari beberapa fenomena yang sejenis dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan; bibliografis, yakni memberikan gambaran menyeluruh tentang pendapat atau pemikiran para ahli pada suatu bidang tertentu dengan menghimpun dokumen-dokumen tentang hal tersebut : atau biografis, yakni memberikan pengertian yang luas tentang suatu subyek, sifat dan watak pribadi subyek, pengaruh yang diterima oleh subyek itu dalam masa pembentukan pribadinya serta nilai subyek itu terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan.
Penelitian deskriptif adalah penelitian tentang fenomena yang terjadi pada masa sekarang. Prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut. Penelitian deskriptif dapat bersifat komparatif dengan membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu; analitis kualitatif untuk menjelaskan fenomena dengan aturan berpikir ilmiah yang diterapkan secara sistematis tanpa menggunakan model kuantitatif; atau normatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian standar norma, hubungan dan kedudukan suatu unsur dengan unsur lain.
Penelitian teoritis adalah penelitian yang hanya menggunakan penalaran semata untuk memperoleh kesimpulan penelitian. Proses penelitian dapat dimulai dengan menyusun asumsi dan logika berpikir. Dari asumsi dan logika tersebut disusun praduga (konjektur). Praduga dibuktikan atau dijelaskan menjadi tesis dengan jalan menerapkan secara sistematis asumsi dan logika. Salah satu bentuk penerapan asumsi dan logika untuk membentuk konsep guna memecahkan soal adalah membentuk model kuantitatif. Dalam beberapa penelitian teoritis tidak diadakan pengumpulan data.
Penelitian ekperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan menciptakan fenomena pada kondisi terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat dan pengaruh faktor-faktor pada kondisi tertentu. Dalam bentuk yang paling sederhana, pendekatan eksperimental ini berusaha untuk menjelaskan, mengendalikan dan meramalkan fenomena seteliti mungkin. Dalam penelitian eksperimental banyak digunakan model kuantitatif.
Penelitian rekayasa (termasuk penelitian perangkat lunak) adalah penelitian yang menerapkan ilmu pengetahuan menjadi suatu rancangan guna mendapatkan kinerja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Rancangan tersebut merupakan sintesis unsur-unsur rancangan yang dipadukan dengan metode ilmiah menjadi suatu model yang memenuhi spesifikasi tertentu. Penelitian diarahkan untuk membuktikan bahwa rancangan tersebut memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Penelitian berawal dari menentukan spesifikasi rancangan yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan, memilih alternatif yang terbaik, dan membuktikan bahwa rancangan yang dipilih dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan secara efisiensi, efektif dan dengan biaya yang murah. Penelitian perangkat lunak komputer dapat digolongkan dalam penelitian rekayasa.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
Guru merupakan komponen penting dalam sistem pendidikan. Keberhasilan suatu pendidikan tidak dapat dilepaskan dari peran guru. Guru harus senantiasa didorong untuk mampu mengembangkan dirinya sendiri untuk mencapai tingkat kualitas tertentu, mempertahankan dan memelihara kualitas itu dalam bentuk penjaminan kualitas, untuk senantiasa melakukan upaya peningkatan kualitas kerjanya secara berkelanjutan. Kualitas kinerja professional seorang guru tidak hanya sebatas menguasai bahan ajar dan menerapkan metode pembelajaran yang baik. Lebih dari itu, guru harus memahami keadaan dan kebutuhan peserta didik yang unik dan bervariasi antara siswa yang satu dengan yang lainnya dan selalu berkembang dengan cepat dan sulit untuk diperkirakan sebelumnya. Pendekatan kearah pencapaian kualitas guru seperti itu akan berhasil melalui metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR). Dalam pendekatan ini, guru senantiasa berusaha untuk mengintegrasikan ilmu ke dalam praktek, baik ilmu tentang bahan yang diajarkan, maupun ilmu tentang bagaimana mengajar, dan bagaimana bergaul dengan peserta didik. Dengan demikian, dia akan menjadi guru peneliti yang reflektif (reflective teacher – researcher).
Menurut Budi Suset
Menurut Budi Susetyo, Sistematika Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai berikut :
1. JUDUL
Judul PTK hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK bukan sosok penelitian formal.
2. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkkan fakta – fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil penelitian –penelitian terdahulu, apabila ada juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.
3. PERMASALAHAN
Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar – benar di angkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun, sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan.
4. CARA PEMECAHAN MASALAH
Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Disamping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau berbagai program sekolah lainnya.Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.
5. TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian – bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan. Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan – keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan – rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.
6. KERANGKA TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pada bagian ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelakju PTK sendiri nyang relevan maupun pelaku – pelaku PTK lain disamping terhadap teori – teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Aras kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan.
7. RENCANA PENELITIAN
Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian
Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan,tingkat kemampuan dan lain sebagainya. Aspek substantive permasalahan seperti Matematika kelas II SMPLB atau bahasa inggris kelas III SMLB, juga dikemukakan pada bagian ini.
Variabel yang diselidiki
Pada bagian ini ditentukan variabel – variabel penelitian yang dijadikan titik – titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3) varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
Rencana Tindakan
Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti : 1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan scenario pembelajaran, pengadaan alat – alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain – lin yang terkait bdengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternative – alternative solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah. Format kemitraan antara guru dengan dosen LPTK juga dikemukakan pada bagian ini. 2) Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan. 3) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang. 4) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.
Data dan cara pengumpulannya
Pada bagian ini ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya. Di samping itu teknik pengumpilan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan)penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, Para guru juga harus aktif sebagai pengumoul data, bukan semata – mata sebagai sumber data. Akhirnya semu teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.
Indikator kinerja
Pada bagaian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (njumlah jenis dan atau tingkat kegawatan)miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
Tim peneliti dan tugasnya
Pada bagian ini hendaknya dicantumakan nama – nama anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian..
8. JADWAL PENELITIAN
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
9. RENCANA ANGGARAN
1. Komponen – komponen pembiayaan Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap persiapan pelaksanan penelitian, dan pelaporan. Secara lebih rinci, pembiayaan yang termasuk dalam setiap bidang adalah sebagai berikut : a. Persiapan Kegiatan persiapan antara lain meliputi pertemuan anggota tim peneliti untuk menetapkan jadwal penelitian dan pembagian kerja, menyusun instrument penelitian, menetapkan format pengumpulan data, menetapkan teknik analisis data, dan sebagainya. b. Kegiatan operasional di lapangan Dalam kegiatan operasional dapat tercakup antara lain pelancaran tes diagnostic dan analisis hasilnya, gladi resik implementasi tindakan, perbaikan, pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi pelaksanaan tindakan perbaikan, pertemuan refleksi, perencanaan tindakan ulang, dan sebagainya. c. Penyusunan Laporan Hasil PTK Pembiayaan yang termasuk dalam bagian ini adalah penyusunan konsep laporan, review konsep laporan, penyusunan konsep laporan akhir. Seminar local hasil penelitian, seminar nasional hasil penelitian, dan sebagainya. Juga termasuk dalam pembiayaan adalah penggandaan dan pengiriman laporan hasil PTK, serta pembuatan artikel hasil PTK dalm bahasa Indonesia dan bahasa Inggris 2. Cara Merinci Kegiatan dan Pembiayaan Biaya penelitian harus dirinci berdasarkan kegiatan operasional yang dijabarkan dari metodologi yang dikemukakan. Agar dapat dihitung biayanya, kegiatan operasional itu harus jelas namanya, tempatnya, lamanya, jumlah pesertanya. Sarana yang diperlukan dan output yang diharapkan. 1) Beberapa patokan pembiayaan satuan kegiatan penelitian a. Honorarium 1) Ketua Peneliti 2) Anggota tim peneliti 3) Tenaga Administrasi Besarnya honorarium tergantung pada sumber pandanaan b. Bahan dan Peralatan penelitian 1) Bahan habis pakai 2) Alat habis 3) Sewa alat c. Perjalanan 1) Biaya perjalanan sesuai dengan ketentuan 2) Transportasi local sesuai harga setempat 3) Lumpsum termasuk konsumsi sesuai dengan ketentuan 4) Monitoring dari PGSM minimal untuk satu orang, satu kali, selama dua hari 5) Konsultasi ketua tim peneliti ke PGSM selama dua hari d. Laporan Penelitian 1) Penggandaan 2) Penyusuinan artikel berbahasa Indonesia dan inggris 3) Pengiriman e. Seminar 1) Seminar lokal, konsumsi sesuai harga setempat, biaya penyelenggaraan sesuai dengan harga setempat 2) Seminar nasional minimal untuk dua orang (satu dosen LPTK dan satu guru pelaku PTK) D. Daftar Pustaka Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad pengarang . hendaknya pustaka benar – benar relevan dan sungguh – sungguh dipergunakan dalam penelitian.
10. LAMPIRAN DAN LAIN – LAIN
Bagian lampiran dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti. Curriculum vitae tersebut memuat identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat pendidikan, pelatihan di bidang penelitian yang telah pernah diikuti, baik sebagai penatar/pelatih maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian termasuk di PTK. Hal – hal lain yang dapat memperjelas karakteristik kancah PTK yang diusulkan dapat disertakan dalam usulan penelitian ini.
Dilihat sekilas, PTK merupakan kegiatan yang cukup sulit. tetapi dengan mencoba semua akan menjadi lebih mudah. Selamat berkarya.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Susetyo.2005. Sistematika Proposal Penelitian Tindakan Kelas. Diklat Teknis Penelitian Tindakan Kelas. Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Jakarta.
Menurut Budi Suset
Menurut Budi Susetyo, Sistematika Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai berikut :
1. JUDUL
Judul PTK hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK bukan sosok penelitian formal.
2. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkkan fakta – fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil penelitian –penelitian terdahulu, apabila ada juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.
3. PERMASALAHAN
Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar – benar di angkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun, sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan.
4. CARA PEMECAHAN MASALAH
Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Disamping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau berbagai program sekolah lainnya.Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.
5. TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian – bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan. Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan – keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan – rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.
6. KERANGKA TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pada bagian ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelakju PTK sendiri nyang relevan maupun pelaku – pelaku PTK lain disamping terhadap teori – teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Aras kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan.
7. RENCANA PENELITIAN
Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian
Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan,tingkat kemampuan dan lain sebagainya. Aspek substantive permasalahan seperti Matematika kelas II SMPLB atau bahasa inggris kelas III SMLB, juga dikemukakan pada bagian ini.
Variabel yang diselidiki
Pada bagian ini ditentukan variabel – variabel penelitian yang dijadikan titik – titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3) varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
Rencana Tindakan
Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti : 1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan scenario pembelajaran, pengadaan alat – alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain – lin yang terkait bdengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternative – alternative solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah. Format kemitraan antara guru dengan dosen LPTK juga dikemukakan pada bagian ini. 2) Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan. 3) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang. 4) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.
Data dan cara pengumpulannya
Pada bagian ini ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya. Di samping itu teknik pengumpilan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan)penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, Para guru juga harus aktif sebagai pengumoul data, bukan semata – mata sebagai sumber data. Akhirnya semu teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.
Indikator kinerja
Pada bagaian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (njumlah jenis dan atau tingkat kegawatan)miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
Tim peneliti dan tugasnya
Pada bagian ini hendaknya dicantumakan nama – nama anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian..
8. JADWAL PENELITIAN
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
9. RENCANA ANGGARAN
1. Komponen – komponen pembiayaan Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap persiapan pelaksanan penelitian, dan pelaporan. Secara lebih rinci, pembiayaan yang termasuk dalam setiap bidang adalah sebagai berikut : a. Persiapan Kegiatan persiapan antara lain meliputi pertemuan anggota tim peneliti untuk menetapkan jadwal penelitian dan pembagian kerja, menyusun instrument penelitian, menetapkan format pengumpulan data, menetapkan teknik analisis data, dan sebagainya. b. Kegiatan operasional di lapangan Dalam kegiatan operasional dapat tercakup antara lain pelancaran tes diagnostic dan analisis hasilnya, gladi resik implementasi tindakan, perbaikan, pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi pelaksanaan tindakan perbaikan, pertemuan refleksi, perencanaan tindakan ulang, dan sebagainya. c. Penyusunan Laporan Hasil PTK Pembiayaan yang termasuk dalam bagian ini adalah penyusunan konsep laporan, review konsep laporan, penyusunan konsep laporan akhir. Seminar local hasil penelitian, seminar nasional hasil penelitian, dan sebagainya. Juga termasuk dalam pembiayaan adalah penggandaan dan pengiriman laporan hasil PTK, serta pembuatan artikel hasil PTK dalm bahasa Indonesia dan bahasa Inggris 2. Cara Merinci Kegiatan dan Pembiayaan Biaya penelitian harus dirinci berdasarkan kegiatan operasional yang dijabarkan dari metodologi yang dikemukakan. Agar dapat dihitung biayanya, kegiatan operasional itu harus jelas namanya, tempatnya, lamanya, jumlah pesertanya. Sarana yang diperlukan dan output yang diharapkan. 1) Beberapa patokan pembiayaan satuan kegiatan penelitian a. Honorarium 1) Ketua Peneliti 2) Anggota tim peneliti 3) Tenaga Administrasi Besarnya honorarium tergantung pada sumber pandanaan b. Bahan dan Peralatan penelitian 1) Bahan habis pakai 2) Alat habis 3) Sewa alat c. Perjalanan 1) Biaya perjalanan sesuai dengan ketentuan 2) Transportasi local sesuai harga setempat 3) Lumpsum termasuk konsumsi sesuai dengan ketentuan 4) Monitoring dari PGSM minimal untuk satu orang, satu kali, selama dua hari 5) Konsultasi ketua tim peneliti ke PGSM selama dua hari d. Laporan Penelitian 1) Penggandaan 2) Penyusuinan artikel berbahasa Indonesia dan inggris 3) Pengiriman e. Seminar 1) Seminar lokal, konsumsi sesuai harga setempat, biaya penyelenggaraan sesuai dengan harga setempat 2) Seminar nasional minimal untuk dua orang (satu dosen LPTK dan satu guru pelaku PTK) D. Daftar Pustaka Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad pengarang . hendaknya pustaka benar – benar relevan dan sungguh – sungguh dipergunakan dalam penelitian.
10. LAMPIRAN DAN LAIN – LAIN
Bagian lampiran dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti. Curriculum vitae tersebut memuat identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat pendidikan, pelatihan di bidang penelitian yang telah pernah diikuti, baik sebagai penatar/pelatih maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian termasuk di PTK. Hal – hal lain yang dapat memperjelas karakteristik kancah PTK yang diusulkan dapat disertakan dalam usulan penelitian ini.
Dilihat sekilas, PTK merupakan kegiatan yang cukup sulit. tetapi dengan mencoba semua akan menjadi lebih mudah. Selamat berkarya.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Susetyo.2005. Sistematika Proposal Penelitian Tindakan Kelas. Diklat Teknis Penelitian Tindakan Kelas. Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Jakarta.
Keren penjelasannya detail per poin. Terimakasih sudah berbagi.
BalasHapusDownload Contoh Judul PTK di JasaPTK.com
Download Contoh Judul PTK di JasaPTK.com
===
Konsultasi Jasa Pembuatan PTK via WA
Konsultasi Jasa Pembuatan PTK via WA