Kecerdasan Emosional ( EQ)
Mengajar dengan Kecerdasan Emosional
Goleman (2002:513-514) membagi kecerdasan emosional kedalam 5 (lima)
komponen yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan
keterampilan sosial.
Kesadaran diri adalah mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat
dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri.
Selain itu kesadaran diri juga berarti menetapkan tolak ukur yang
realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
Pengaturan diri adalah menguasai emosi diri sedemikian sehingga
berdampak positif, kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan
sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya sesuatu sasaran dan
mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
Motivasi menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan
menuntun seseorang menuju sasaran. Motivasi membantu seseorang mengambil
inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi
kegagalan dan frustasi.
Empati adalah merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami
persepektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan
menyelaraskan diri dengan berbagai macam orang.
Keterampilan social adalah dapat menangani emosi dengan baik ketika
berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan
jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan
keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, dan
menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim
baca selanjutnya....
Referensi :
Goleman, Daniel. 2002. Emotional Intelligence (terjemahan). Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama.
Pengertian Kecerdasan Emosional
Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990
oleh psikolog Peter Salovey dari Yale University dan John Mayer dari
University of New Hampshire. Mereka menggambarkan kecerdasan emosional sebagai “
a
form of social intelligence that involves the ability to monitor one’s
own and other’s fellings and emotions, to discriminate among them, and
to use this information to guide one’s thinking and action “. ( himpunan bagian
dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan
emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah
semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan).
Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi
yang dikemukakan Salovey dan Mayer di atas, dikemukakan pula oleh Daniel
Goleman. Kecerdasan emosional menurut Daniel Goleman adalah kemampuan
mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada
diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain”.
Sedangkan rumusan definisi yang agak berbeda dan
kelihatannya lebih sederhana dan aplikatif dari definisi di atas adalah
sebagaimana yang dikemukakan oleh Steve Hein yang mendefinisikan
kecerdasan emosional sebagai “ knowing what fells good, what fells bad and how to get from bad to good “.
(mengetahui mana perasaan-perasaan yang baik, mana yang jelek dan
bagaimana untuk mendapatkan dari yang jelek itu menjadi baik).
Kerja Otak Terkait Emosi
Otak manusia dapat dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu otak depan, otak tengah dan otak belakang. Seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangan manusia, otak pun berkembang. Otak depan
berkembang dan membentuk otak besar (serebrum), otak tengah berukuran
kecil dan menjadi penghubung antara otak depan dan otak belakang,
sedangkan otak belakang menjadi otak kecil dan sumsum lanjutan.
Otak besar merupakan pusat saraf utama yang
mengendalikan kegiatan tubuh. Fungsi otak besar antara lain sebagai
pusat kesadaran dan pengendalian kesadaran (emosi termasuk), juga
sebagai pusat ingatan.
Setelah kita tahu anatomi otak, penting kiranya penulis menjelaskan
bagian otak yang berhubungan langsung dengan emosi. Di otak, bagian yang
sangat berkenaan langsung dengan emosi adalah amygdala (bahasa latin
untuk
almond) karena bentuknya yang hampir menyerupai kacang
almond.
Amygdala merupakan komponen utama penghasil emosi.
Otak manusia memiliki dua amygdala yang ukurannya relatif lebih besar
dibandingkan primata lainnya. Adapun
neuroscientist yang pertama kali menemukan fungsi
amygdala pada fungsi emosional dari otak manusia adalah Joseph LeDoux (
Centre for Neural Science, New York University).
Amygdala merupakan bagian otak yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan
memori yang berkaitan dengan emosi. Pada individu yang amygdala-nya
diambil untuk alasan medis, individu tersebut menjadi kurang tertarik
pada individu lain.Walaupun ia masih dapat berkomunikasi dan menjalani
berbagai tes kognitif, namun pengenalannya pada kerabat, teman bahkan
ibunya menjadi sangat buruk. Ekspresinya untuk berbagai kondisi menjadi
pasif. Pengenalannya pada kadar emosi dari suatu kejadian menjadi sangat
minim. Kondisi ini disebut sebagai
affective blindnness.
Wajar saja jika individu ini tidak dapat menangis, karena untuk dapat
menangis, amygdala perlu memicu struktur sekitarnya hingga dikeluarkan
air mata.
Ketika terjadi suatu kejadian yang memicu emosi, katakanlah misalnya
takut, maka amygdala mengirim pesan ke semua bagian dari otak sehingga
memicu dikeluarkannya hormon yang berkenaan dengan reaksi paling
primitif, apakah lawan atau berlari. Hal ini dilakukan dengan cara
memicu pusat pergerakan, mengaktifkan sistem kardiovascular, mensiagakan
otot dan lainnya. Selain itu amygdala juga memicu dikeluarkannya
neurotransmitter norepinephrine untuk
meningkatkan reaksi dari area utama otak, sehingga panca indra menjadi
lebih siaga. amygdala juga mengirim pesan ke batang otak sehingga
memunculkan ekspresi takut, ketegangan, meningkatkan laju detak jantung
yang meninggikan tekanan darah dan membuat nafas menjadi lebih cepat dan
dangkal.
Penelitian yang dilakukan oleh LeDoux mengindikasikan bahwa aliran
informasi yang diterima dari panca indra terpecah menjadi dua jalur.
Satu jalur menuju ke thalamus berlanjut ke neo cortex, sementara jalur
yang lain mengarah ke amygdala. Jalur langsung dari thalamus ke amygdala
terdiri atas rangkaian neuron yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan
pada jalur yang menghubungkan thalamus dengan neo cortex. Rute antara
thalamus ke neo cortex panjangnya dua kali lebih panjang dibandingkan
rute dari thalamus ke amygdala. Informasi dari thalamus ke amygdala
dapat bergerak dalam satuan 12/1000 detik (lebih singkat dari pada satu
nafas). Arsitektur ini yang memungkinkan amygdala dapat merespon lebih
cepat (sangat kilat) bahkan sebelum neo cortex menerima dan mengenali
keseluruhan informasi yang dikirim dari thalamus.
Dari thalamus sebagian besar informasi mengalir ke neo cortex
dibandingkan ke amygdala. Bagian yang mengatur aliran informasi tersebut
adalah prefrontal lobes. Ketika ada suatu kejadian yang tidak
diinginkan, prefrontal lobes melakukan penimbangan untung-rugi atas
respon yang akan dilakukan. Pada binatang, responnya sangat terbatas,
lawan atau lari. Pada manusia alternatif responnya bisa lebih banyak,
mulai dari lawan, negosiasi, diskusi, merayu, hingga lari. Sama seperti
amygdala, ketiadaan prefrontal lobes membuat individu tidak memiliki
aspek emosional pada hidupnya.
Dampak dari hubungan emosi bisa positif ataupun negatif. Pada umumnya
dampak positif bisa ada ketika seseorang menyikapi emosi itu dengan baik
dan terkontrol, sebagai contoh ketika kita sedang marah, karena
emosinya terkontrol maka tidak terjadi kemarahan yang dapat
mengakibatkan konflik antar manusia. Rasul mengajarkan kepada manusia
untuk menyikapi suatu masalah penuh dengan kesabaran. Kenapa pada zaman
Rasul Islam bisa tegak? Hal ini dikarenakan sikap Rasul yang sabar dalam
menghadapi orang Quraisy, beliau dengan penuh rasa sabar berdakwah
kepada ummatnya untuk memeluk agama Islam walaupun pada awalnya bangsa
Quraisy banyak yang tidak menerima, bahkan sampai ada yang mencaci dan
memaki beliau, namun beliau tetap sabar dalam situasi yang ada.
Mungkin Anda pernah bertengkar dengan kerabat Anda, kebanyakan dari
pertengkaran itu bisa saja terjadi karena adanya pendapat yang saling
bertolak belakang dan saling mempertahankan satu sama lainnya. Tapi
karena Anda dan kerabat anda mempertahankan pendapatnya masing-masing
tapi menghalalkan segala cara untuk disetujui oleh orang lain, akhirnya
keduanya saling bertikai. Coba jika hal tadi dipikirkan dengan pikiran
yang jernih tanpa dikotori hal serupa tadi, mungkin Anda dan kerabat
Anda akan mencapai satu kesepakatan tanpa adanya konflik.
Jadi emosi bisa berdampak positif atau negatif, tergantung dari
bagaimana cara menyikapi emosi tersebut. Sebenarnya emosi positif
ataupun negatif tidak masalah jika kita menyikapi emosi itu secara
positif.
Mengajar dengan Kecerdasan Emosional
Pedoman tertentu untuk mengajar kecerdasan emosional, dikembangkan oleh Daniel Goleman, yang adalah seorang psikolog dan penulis dan ini lima poin memastikan bahwa ajaran ini mampu mengubah hidup.
1. Hal ini penting untuk mengidentifikasi dan memahami
keadaan emosional s
orang. Untuk mengambil satu langkah lebih jauh, juga penting untuk
memahami hubungan antara tindakan seseorang, pikirannya, dan emosi. Ini
adalah hal pertama yang harus diajarkan.
2. Titik penting baru adalah untuk mengajar orang bagaimana mengelola
emosi dengan baik. Ini adalah cara untuk mengubah emosi Anda menjadi
emosi yang tidak diinginkan yang dapat dihukum lebih baik digunakan
untuk menciptakan nilai beberapa dari mereka.
3. Ketiga, juga penting untuk melatih orang untuk menangani kesuksesan
mereka dan prestasi terutama selama keadaan emosional dari kehidupan.
Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan pandangan positif dan cara
berpikir, yang tetap merupakan aspek penting dari seseorang
kesejahteraan.
4. Yang keempat adalah mengajarkan bagaimana meningkatkan kemampuan untuk merasakan garis emosi seseorang.
Melalui ini, kita juga dapat memperoleh kepekaan untuk memahami dan berempati dengan emosi lain.
5. Kelima dan titik terakhir adalah menilai dan meningkatkan kapasitas
seseorang untuk dapat masuk ke dalam, dan mempertahankan hubungan yang
harmonis dengan orang lain di sekitarnya.
Pengajaran kecerdasan emosional tidak lagi tetap merupakan pekerjaan yang sulit, jika seseorang memahami semua poin.
—
http://emosidanotak.blogspot.com/
Daniel Goleman. Emotional Intellegence : Mengapa EI lebih penting dari IQ
Anthony Dio Martin. Emotional Quality Management: Refleksi, Revisi, dan Revitalisasi Hidupmelalui Kekuatan Emosi
Anthony Dio Martin. Smart emotion: membangun kecerdasan emosi.
Papalia, Diane E., Olds, Sally Wendkos, Fie ldman, Ruth Duskin. Human development.
Alan Mortiboys. Teaching with emotional intelligence : a ste p-by-step guide for higher
and furthe reducation profe ssionals.